Bulan Mei 2014 lalu, aku dihubungi editor GPU Meilia
Kusumadewi untuk ikut ngirim cerpen untuk buku kumcer
khusus menyambut ultah ke-40 GPU, Setelah nulis beberapa judul yang nggak bikin aku puas, akhirnya muncullah ide cerita The Pink Lotus. Awalnya aku nggak yakin cerpen itu lolos seleksi.
Maklum, aku kan “cerpenis proyek”—baru sadar mau bikin cerpen kalau jelas mau
ada event tertentu.
Dan aku juga bahkan sudah lupa
ada acara itu. Sudah lewat berbulan-bulan sejak aku kirim cerpenku, yang berjudul
The Pink Lotus. Aku baru
ingat lagi setelah lihat status Facebook kawan baikku Lexie Xu, yang memuat
soal jadwal edar buku kumcer berjudul Cerita
Cinta Indonesia, berisi 45 judul cerpen dari 45 pengarang beken. Dia ikut
ada di situ, dan aku juga.
Yang bikin kaget, banyak nama beken—bahkan
legendaris—ikut ada di situ. Selain Arswendo, ada juga Ahmad Tohari, Marga T,
Mira W, Maria A. Sardjono, S. Mara Gd, Gol A Gong. Mereka adalah para empu—sudah
malang melintang tanpa tanding di kolong langit ini 30 tahun lalu saat aku baru
bisa ndomblong membaca buku-buku mereka.
Mengingat nama-nama besar itu,
aku jadi geli sendiri pada cerpenku—rasanya jadi kayak guyonan. The Pink Lotus mengusung ide yang hanya
mungkin terpikirkan oleh orang stres karena menderita kekurangan asupan es
krim, yaitu soal nudity in movies. Teknik
penceritaannya mirip dengan yang kupakai di novel The Supper Club pas adegan Ciara ditelepon
bapaknya.
The
Pink Lotus itu sendiri adalah judul film Hollywood buatan sutradara Belanda
tempat sang tokoh utama, Indah, main sebagai aktris utama. Karena ceritanya seru,
dan ngenes, bisa saja ntar ini akan kubikin cerita tersendiri untuk novel adult yang saru.
Seperti kumcer metropop Autumn Once More, hasil penjualan
Cerita Cinta Indonesia juga
disumbangkan untuk keperluan amal. Jadi berasa kayak anggota grup USA for
Africa. Jadi silakan dibeli untuk beramal. Harganya cukup mahal: Rp 108 ribu
karena memang tebal, 400 halaman lebih, tapi dijamin takkan rugi. Buku kumcer
yang sekeren ini belum tentu lahir sekali dalam dua atau tiga dekade.
Kota Lunpia diwakili oleh dua
artisnya, yaitu Budi Maryono dan aku. Nama-nama lain yang mengandung bau Semarang
adalah Dewie Sekar (eks tetangga di Pudakpayung, sekarang di Surabaya), Andina
Dwifatma (dulu bareng aku nulis di rubrik entertainment
Suara Merdeka Minggu dengan nama pena Andien DF), dan juga Retni Sb (sekarang
di Singkawang)
Ini dia judul lengkap ke-45 cerpen
dalam buku CCI.
- SK
Pensiun (Ahmad Tohari)
- Celebrity
Baby (aliaZalea)
- Paman
Kate (Andina Dwifatma)
- Yu
Ngatemi (Anjar Anastasia)
- Rindu
yang Terlalu (Arswendo Atmowiloto)
- Surat-Surat
untuk Ibu (Ayu Gendis)
- Aku
Rela Jadi Dangdutmu (Boim Lebon)
- Gerimis
yang Ganjil (Budi Maryono)
- Nasihat
Nenek (Clara Ng)
- Tabula
Rasa (Debbie Widjaja)
- Rindu
(Dewi Kharisma Michellia)
- Terbukalah
(Dewi Ria Utari)
- Pemburu
Hiu (Dewie Sekar)
- Savana
(Dyan Nuranindya)
- Hachiko
dan Luka yang Setia (Eka Kurniawan)
- Cinta
untuk Rere (Erlin Cahyadi)
- Jerat
(Esti Kinasih)
- Suatu
Siang di Bandara (Gol A Gong)
- Muse
(Ika Natassa)
- Ojek
(Iwok Abqary)
- Dua
Garis (Jessica Huwae)
- Gelas
di Pinggir Meja (Ken Terate)
- Dear
Audrey (Lea Agustina Citra)
- Asylum
(Lexie Xu)
- SMS
(Luna Torashyngu)
- Gadis
dan Pohon Jambu (M. Aan Mansyur)
- Persepsi
(Maggie Tiojakin)
- Apalah
Artinya Nama (Marga T)
- Life
Begins at Forty (Maria A. Sardjono)
- Love,
X (Mia Arsjad)
- Janji
dalam Kotak Kosong (Mira W.)
- Karena
Darren (Nina Addison)
- Bahagia
Bersyarat (Okky Madasari)
- Maya
(Primadonna Angela)
- Bau
Laut (Ratih Kumala)
- Pilihan
(Retni Sb)
- Wanita
Terindah (Rina Suryakusuma)
- Letting
Go (RisTee)
- Bukit
Tengkorak (S. Mara Gd)
- Pesta
(Sari Safitri Mohan)
- Karma
(Shandy Tan)
- The
Second Chance (Syafrina Siregar)
- Lukisan
Menangis (Syahmedi Dean)
- Back
for Love (Teresa Bertha)
- The
Pink Lotus (wewe gombel)
No comments:
Post a Comment