Monday, March 18, 2013

Katy Perry: The Firework


Tahun 1992, waktu masih semester IV di STIK (kini STIKOM), aku memulai pekerjaan sebagai penulis freelance—waktu itu bareng (almarhum) M Farhan, atau yang biasa menyebut dirinya Farhan RM, karena ngefans fanatik sama Fariz RM. Dia di edisi Minggu Suara Merdeka, sedang aku di Cempaka Minggu Ini (CMI).

Tulisan perdanaku berjudul Kiat Sukses Bandrol Album, dimuat bulan Mei. Di situ aku menyorot judul-judul album penyanyi yang kreatif dan kadang nyeleneh, seperti Cooleyhhighharmony-nya Boyz II Men atau Living in the Western World (Fariz RM). Honornya Rp 25 ribu, dan lantas dinaikkan kawan baik almarhum Bapak, Pak Soejoto (almarhum juga), menjadi Rp 30 ribu.


Sejak itu hingga 2009, aku terus menjalani profesi sebagai freelancer dengan asyik. Selain di CMI, aku juga menulis di Suara Merdeka yang hari Minggu. Mulai saat halaman entertainment dipegang Mas Handry TM pada era 1990-an hingga ketika “penunggu”-nya adalah Om Daktur Kantin Banget (2003-2009). Memang yang sering kutulis adalah artikel-artikel hiburan (film, musik, TV), dengan sesekali membuat artikel remaja atau olah raga.

Sebelum era internet, bahan tulisan kudapat dari TV, majalah (terutama majalah luar negeri bekas), dan berdasarkan ingatan. Setelah kenal internet tahun 2000, urusan riset bahan menjadi jauh lebih mudah, apalagi sejak Wikipedia lahir dan memperindah dunia ini. Mau materi apapun tinggal kopi-paste lalu ditulis.

Dan sejak memasuki zaman internet inilah aku mempelajari skill menulis ulang (rewrite). Bahan yang ada tidak kutulis-terjemahkan begitu saja, tapi kutulis lagi dengan bahasaku sendiri. “Original”—tidak kelihatan seperti menyadur dari satu sumber saja. Itu sebabnya tidak semua orang yang akrab dengan internet bisa menghasilkan tulisan serupa.

Banyak yang memandang sebelah mata profesi “writer browser” (penulis yang seluruh bahannya full didapat dari browsing internet), salah satunya adalah mantan direkturku di salah satu majalah remaja beberapa tahun lalu. Ini merupakan salah satu subcabang jurnalisme modern yang tak semudah itu dikuasai. Butuh craftmanship tersendiri, karena tak sekadar kopi-paste lalu terjemahkan.

Di pelajaran-pelajaran jurnalistik di STIK dulu diungkap, salah satu metode wartawan mencari materi tulisan adalah studi pustaka, selain tentunya dengan wawancara narasumber. Studi pustaka bisa berupa menggali info dari buku-buku dan kliping berita-berita lawas. Nah, browsing internet adalah era baru dari studi pustaka itu—terlebih karena sudah banyak buku dan materi media cetak yang diintenetkan dengan embel-embel “e” (e-book, e-paper, e-magazine).

Sekarang keahlian “writer browser” itu bermanfaat besar atas kelahiran buku terbaruku ini, Katy Perry: The Firework terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) yang mulai meluncur Jumat 10 Agustus 2012. Sebagaiamana Saranghae Yo: Super Junior & SNSD – Nggak Ada Matinya terbitan Elex Media Komputindo yang edar 13 Juni lalu, yang ini juga kukerjakan dengan metoda itu: ambil bahan dari internet dan tulis ulang secara penuh.

Elemen skill lain yang turut berperan penting adalah soal kerja di bawah pressure deadline (deadline ya, bukan dateline!). Saranghae kugarap hanya dalam tiga hari (order dari Elex kuterima Jumat, naskah ditunggu Senin dan kukirim Selasa!), sedang Katy Perry kukerjakan seminggu.

Skill ini kudapat terutama bukan dari masa kerja di Tabloid Tren (2001-2005), melainkan justru dari saat Mas OD menongkrongi rubrik Kantin Banget dan entertainment di koran Minggu SM. Waktu itu dengan sadisnya dia sering SMS semacam “artikel film.gak pake lama!” yang kalau kutanya kapan deadline, dia akan jawab dengan dingin “10 menit” karena ordernya Sabtu magrib sedang deadline edisi Minggu SM adalah Sabtu malam!

Pesanan buku Katy Perry sendiri kuperoleh dari hasil mengurusi penerbitan komik Pak Bei Sok Tahu by my father yang kukerjakan barengan dengan Dahono Kompas. Dari ngobrol ke mana-mana, salah satu editor KPG yaitu Christina Udiani membaca buku Saranghae, lalu tertarik karena kebetulan KPG punya lini penerbitan remaja bernama Ice Cube yang juga menerbitkan buku profil artis tapi bukan K-pop, melainkan artis-artis Amerika.

Bareng kru majalah KaWanku, mereka sudah menerbitkan dua buku artis, yaitu Greyson Chance dan One Direction, yang penjualannya memuaskan (Greyson sampai cetul tiga kali). Tapi dua judul itu bergaya majalah banget dalam tulisan dan layoutnya, sementara mereka pengin nerbitin yang lebih beraroma buku sebagaimana Saranghae.

Maka kemudian KPG pun mengorderku untuk membuat Katy Perry pertengahan Juni lalu, dengan deadline sekitar seminggu. Mengambil bahan dari Wikipedia, situs Billboard, dan official website-nya Katy Perry, aku kerjakan buku ini dengan target ketebalan 72 halaman (minus foto-foto, karena yang nyari foto adalah sang editor, Winda Veronica).

Proses produksi keseluruhan berjalan cepat dan lancar. Setelah naskah dariku jadi, editing, layout, dan cetak dikerjakan sepanjang Juli lalu. Hari Kamis 9 Agustus sebanyak 10 eksemplar nomor bukti datang ke rumah Borobudur, lalu keesokan harinya (10/8), buku Katy Perry: The Firework resmi meluncur di toko-toko buku Gramedia di seluruh Indonesia. Jika di Saranghae aku pakai nama pena Hangguk Nim, di sini aku menggunakan nama Nina Martin yang sepertinya masih sodaraan sama Nora Umres!

Saat mengerjakan Katy Perry (dan juga Saranghae), aku harus melihat balik keseluruhan prosesnya sejak awal menjadi penulis freelance dulu, karena yang ada sekarang merupakan hasil dari pekerjaan-pekerjaan waktu itu—terutama dalam perkembangan skill yang kuperoleh. Waktu menulisnya rasanya kayak bernostalgia bikin artikel seperti zaman dulu tapi dikalikan 20.

Menggarap buku profil artis yang sangat cepat dalam proses penerbitannya juga menjadi selingan menarik dari kesibukan inti membuat novel yang dalam menulisnya saja baru bisa selesai dalam tiga bulan atau lebih.

No comments: