Thursday, April 13, 2006

Rendezvous at 8

Judul: Rendezvous at 8
Pengarang: Wiwien Wintarto
Penerbit: Elex Media Komputindo, Jakarta
Tebal: 253 halaman
Cetakan: Ke-1 (Maret 2006)
Genre: Romance/comedy
Harga: Rp 28.800
Kisah dibuka saat Vida diaudisi menjadi vokalis band indie lokal Semarang, Rendezvous. Vida yang masih duduk di kelas XI SMA Lazuardi langsung diterima, dan ia segera menjadi bagian dari Rendezvous yang terdiri atas Erland pada keyboard, Tika (bass), Okan (drum), dan Bima (gitar). Rendezvous beraliran smooth jazz dan R&B. Mereka baru aja ditinggal cabut vokalis lama mereka, Eva.
Keberhasilan itu udah pasti bikin Vida gembira bukan main. Yang lebih histeris adalah Leia, sobat karibnya. Leia sudah sejak lama ngefans berat sama Erland. Dan perasaan itu kemudian berubah jadi sesuatu yang dalam manakala ia putus dari Diko, cowoknya, dan mulai berteman baik dengan Erland.

Sayang euforia Vida dan Leia nggak berumur panjang. Terutama Vida sebagai personel tergres, ia langsung berhadapan dengan realitas yang terpampang bahwa Rendezvous sebenarnya tengah terancam bubar karena digerogoti permasalahan internal yang amat parah. Dan semua persoalan itu bersumber dari diri Erland yang arogan, sok ngatur, kepala batu, dan nggak pernah mau mendengar pendapat orang lain.
Nggak hanya itu, masing-masing personel pun membawa problem-problem pribadi yang amat gawat. Meski beda-beda, tapi ujung pangkal permasalahan mereka cuman satu. Mereka kesepian, hidup sendiri, dan nggak punya keluarga yang manis, rukun, dan hangat kayak keluarga Vida.
Lucunya, tanpa dikomando, mereka seperti menemukan pelabuhan pencarian mereka pada diri Vida. Untuk pertama kalinya seumur hidup, mereka menemukan rumah dan keluarga tempat pulang, biarpun itu bukan rumah dan keluarga mereka sendiri. Buat pertama kali, akhirnya ada yang selalu mau bikinin mereka nasi goreng lezat dan ngasih ruang untuk tidur pulas meski berdesak-desakan.
Perlahan tapi pasti, sekalipun nggak disengaja, Vida akhirnya bisa mengurai benang kusut permasalahan mereka satu demi satu. Ia berhasil merekatkan kembali Rendezvous dan mengubah nama band itu jadi Rendezvous at 8. Selain itu, ia juga langsung bisa menulis dua lagu berlirik bahasa Inggris buat mereka, yaitu Even If the Stars Would Fall dan Rendezvous at 8.
Di pihak lain, ada jalinan cinta agak rumit yang semua bersumber dari dirinya. Erland langsung suka sejak pertemuan pertama, karena wajah Vida mirip sekali dengan wajah mendiang mamanya. Ada juga Wira, editor Tabloid Remaja Abege, yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Terakhir ada Rudi, teman Vida sejak kecil, yang tahu-tahu saja, nggak ada hujan nggak ada angin, terpanah asmara gara-gara sindrom waiting traisn jalaran saka kulaiyen (witing tresna jalaran saka kulina-Red).
Vida yang polos nggak menyadari semua pusaran yang sangat menguras emosi itu. Yang tahu justru sobat-sobat karibnya itu, Leia dan Rudi. Mereka pula yang paling menderita gara-gara urusan ini. Rudi lunglai karena Vida kayaknya nggak ada rencana untuk balas menganggapnya secara khusus. Sedang Leia yang bener-bener kasmaran pada Erland sepeninggal Diko, dengan berat hati harus menerima kenyataan bahwa hati Erland udah kadung tertambat ke orang lain.
Tapi seperti ungkapan “hidup ini mirip pasar kaget karena selalu penuh dengan barang-barang yang mengagetkan”, akhirnya tetep aja akan ada kejutan manis buat semua orang, terutama bagi mereka yang menderita dan nelangsa karena asmara.
  • Semua band indie lokal di cerita ini fiktif, kecuali Paprika. Vokalis Paprika, Chika, adalah teman baik saya. Di rumah dia biasa dipanggil Pipin. Rumahnya, sekaligus base camp Paprika, bener-bener berlokasi di Tegalsari, Semarang.
  • Semua judul bab dalam Rendezvous at 8 adalah judul lagu: Thank You (The Commodores), Prelude to a Kiss (Ella Fitzgerald), Make It Like It Was (Regina Belle), The First Time Ever I Saw Your Face (Roberta Flack), You Make Me Feel Brand New (Roberta Flack), Faces of the Heart (Dave Koz), Midnight at the Oasis (Brand New Heavies), Welcome to My Life (Simple Plan), Your Heart Will Lead You Home (Kenny Loggins), When Love & Hate Collide (Def Leppard), Even If the Stars Would Fall (Rendezvous at 8), I Will Keep Your Dreams Alive (Peabo Bryson & Patti Austin), You’ve Got a Friend (James Taylor), Nothing’s Gonna Stop Me Now (David Pomeranz; opening tune serial TV Perfect Strangers), Shelter from the Rain (Warren Hill), If We Hold on Together (Diana Ross), Baby Don’t You Break My Heart Slow (Vonda Shepard), That’s What Love is For (Amy Grant), Tak Tergantikan (Rendezvous at 8), After All (Al Jarreau), Rendezvous at 8 (Rendezvous at 8), What a Difference a Day Made (Aretha Franklin), Love Makes Things Happen (Pebbles & Babyface), This Night is Gonna Last Forever (MSG), Two Less Lonely People in the World (Air Supply), Nothing’s Gonna Stop Us Now (Starship), Go the Distance (Michael Bolton), Let’s Face the Music and Dance (Diana Krall), dan The Perfect Year (Dina Carroll).
  • Bella dan Emma, teman akrab Vida & Leia, adalah Bella dan Emma dari novel kedua saya, Waiting 4 Tomorrow.
  • Elan Naratama, pemain yunior PSIS yang akan diwawancarai Wira, adalah Elan tokoh utama novel ketiga, The Rain Within.
  • Rainie Febri, marketing Radio Ozone yang mensponsori event jurnalistiknya Leia, adalah Rain sang milyuner boss Taurus Corp, pacar Elan dalam The Rain Within.
  • Tabloid Liga adalah kantor tempat bekerja Adi, tokoh utama novel pertama, Kok Jadi Gini?.
  • Bareng Adi, Wira nongol jadi “cameo” di The Rain Within, yaitu ketika Elan menonton sesi pemotretan Wening di Redaksi Abege dan bertemu dengan Jecy dan Aya, dua sobat Wening.
  • Vida bareng Rendezvous at 8 nongol sekilas dalam The Rain Within. Mereka tampil sepanggung dengan Romantic Tractor dan Paprika dalam pensi graduation day SMA Lazuardi yang dihadiri Elan & Rainie.
  • Di bagian akhir Rendezvous at 8 muncul sekilas Dini dan Maya, anak SMA Negeri 25 yang jadi reporter magang Tabloid Abege. Mereka akan jadi dua tokoh utama dalam novel kelima.
  • Tiga lagu Rendezvous at 8 yang ada dalam buku ini, yaitu Even If the Stars Would Fall, Tak Tergantikan, dan Rendezvous at 8, adalah betul-betul ada, hanya saja belum ada yang mau memproduksi mereka jadi lagu beneran.
  • Tabloid Remaja Abege adalah fiksionalisasi “almarhum” Tabloid Remaja tren, Semarang. Sebagian krunya pun juga sungguh-sungguh ada di dunia nyata. Roman adalah Dwi N Roma, Bona adalah Martiana N Hartanti, dan Herman adalah EYS Hermansah yang dalam kehidupan sehari-hari juga menekuni editing video dengan Ulead. Sedang Wira mengambil personifikasi Aricx Ardana, reporter Tabloid Seputar Semarang.
  • Geng Penjelajah Mal betul-betul eksis (hanya member-nya bukan Bella, Emma, Wendy, dan Vida) dan pernah memutari Mal Ciputra di Simpanglima, Semarang, mulai buka pagi sampai tutup malam harinya nonstop.
  • Kisah orang yang makan nasi goreng lambat-lambat hanya karena ingin lebih lama menikmati kelezatannya benar-benar nyata dan pernah terjadi. Nasi gorengnya buatan Maya, kakak sepupu saya, yang disajikan di Kafe Mutiara, kafe miliknya di Tembalang, Semarang. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 1999.
  • Vida adalah fiksionalisasi Anjang Fida, sahabat baik saya. Rumahnya betul-betul terletak di Jalan Beruang No 49, Semarang, yang berada persis di dekat jalan tol Pedurungan-Banyumanik. Bedanya, dia nggak pernah jadi anak band dan sekarang jadi sekretaris di Wirtgen, Jakarta.
  • Pembangunan pujasera di sekitar polder depan Stasiun Tawang adalah fiktif. Hingga kini kawasan itu masih kumuh, sepi, mengerikan, dan bau, padahal bisa dijual sebagai kawasan pedestrian dan wisata kota kuno yang menarik (halo, halo, gimana nih Pemkot Semarang?).
  • Setting waktu Rendezvous at 8 (menjelang Tahun Baru 2006) adalah setengah tahun lebih awal dari setting waktu The Rain Within (bulan Juni, akhir tahun ajaran dan akhir musim kompetisi sepakbola 2005/06).
  • Temporary Insanity adalah nama biro iklan yang didirikan Sarah Reeves Merrin (Jennifer Love Hewitt) dalam serial TV Time of Your Life.
  • Terminal bongkar muat barang di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, adalah bener-bener tempat yang unik dan asyik untuk melihat sunrise dan sunset, tapi tak banyak orang Semarang sendiri yang tahu.

No comments: